mamanwijaya.com, @mamanwjy
.
Percayakah kalau dalam usaha penggemukan sapi itu 30 kg rumput bisa berubah menjadi 0,5 kg daging sapi dan setiap hari bobot sapi bisa bertambah 8 0ns?
Bagi yang sudah mau pensiun, sebagai persiapan, coba pelajari proposal berikut ini. Tapi, ya, disarankan juga mempelajari bahan-bahan bacaan yang lainnya. Dan, yang lebih penting lagi adalah dipraktekkan itu semua, sehingga menjadi nyata.
Marilah kita menghitung untungnya terlebih dahulu (proposal model aneh).
.
Asumsi Keuangan
- Usaha dirancang untuk menggemukkan 20 ekor sapi Limousin setiap periode penggemukan 90 hari/3 kali setahun dengan asumsi minimal.
- Satu ekor sapi membutuhkan luas kandang individual 4 m2, sehingga luas kandang yang dibutuhkan 80 m2(biaya 1 m2 = Rp 250.000,00). Total biaya pembuatan kandang Rp 20.000.000,00.
- Dengan masa pakai 10 tahun, maka biaya penyusutan per tahun = Rp 2.000.000,00, atau per 90 hari masa penggemukan = Rp. 500.000,00
- Sapi digemukan selama 90 hari. Berat awal sapi bakalan rata-rata 300 kg dengan harga per kg Rp. 17.000,00.
- Pertambahan berat badan harian yang diinginkan adalah 0.5 kg per hari (asumsi minimal), sehingga berat akhir sapi setelah masa penggemukan 90 hari adalah 345 kg.
- Maka total pendapatan adalah 20 ekor x 345 x Rp. 17.000,00 = Rp.117.300.000,00
- Setiap sapi menghasilkan 10 kg kotoran, sehingga selama periode penggemukan 90 hari seekor sapi menghasilkan 900 kg kotoran dengan harga per kg Rp. 200.
- Total pendapatan dari hasil penjualan kotoran sapi 20 ekor x 900 kg x Rp 200,00 = Rp. 3.600.000,00.
.
Rencana Investasi
Hasil analisis asumsi keuangan usaha ternak sapi potong volume 20 ekor periode produksi 90 hari dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

.
Proyeksi Laba Rugi/90 hari masa penggemukan
Proyeksi ini dihitung berdasarkan asumsi minimal, yaitu penambahan berat sapi 0,5 Kg per hari, untuk periode 90 hari. Dalam referensi, berdasarkan survey pengalaman, rata-rata penambahan berat badan sapi 0,8 kg (8 ons) atau bisa lebih.

Bila dengan sistem bagi hasil, biasanya bagi hasil sebesar 70:30 dengan perbandingan 70% untuk peternak (plasma) dan 30% untuk penyandang dana (inti). Maka keuntungan yang diperoleh untuk satu periode penggemukan (90 hari) yaitu:
- Pemodal sebesar 30% x Rp 10.200.000,00 = Rp 3.060.000,00
- Peternak sebesar 70% x Rp 10.200.000,00 =Rp 7.140.000,00
Dalam 1 tahun diperoleh 3 periode penggemukan, sehinga perhitungan dalam setahun dikalikan dengan 3, yaitu:
- Pemodal sebesar Rp 3.060.000,00 x 3 = Rp. 9.180.000,00
- Peternak sebesar Rp 7.140.000,00 x 3 = Rp. 21.420.000,00
.
Menarik, kan?
.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Tanah yang dapat digunakan untuk lahan pertanian dan peternakan tersedia sangat luas namun belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Indonesia masih mengimpor berbagai komoditas dari negara lain, seperti halnya impor daging sapi yang sekarang masih terus menjadi bahan pemberitaan. Padahal untuk mengembangkan usaha daging sapi di Indonesia sangatlah memungkinkan. Bila ditangani dengan baik, produktivitasnya bukan hanya akan mampu memenuhi kebutuhan daging sapi di dalam negeri, tetapi juga bahkan akan mampu mengekspornya.
Usaha penggemukan sapi potong yang merupakan salah satu peluang usaha yang prospektif, saat ini jumlahnya masih relatif sedikit. Hal ini disebabkan diantaranya kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tata cara penggemukan sapi potong yang baik dan kurang mampunya masyarakat dalam mengelola usaha. Pemerintah juga kurang berpihak pada keseriusan memajukan para peternak sapi. Penyediaan bantuan dana lunak untuk pengembangan usaha masih terbatas.
Kebutuhan akan konsumsi daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat, sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan rata-rata kualitas hidup masyarakat serta semakin tingginya kesadaran dari masyarakat untuk mengkonsumsi pangan dengan kualitas baik dan kuantitas yang cukup.
Selain itu juga usaha penggemukan sapi potong relevan dengan upaya pelestarian sumber daya lahan. Kotoran sapi yang diperoleh selama masa penggemukan, selain volumenya yang cukup besar juga memiliki berbagai kandungan senyawa dan mikroorganisme yang dapat digunakan untuk memperbaiki tekstur dan kesuburan tanah.
Dalam tinjauan makro, pengembangan usaha penggemukan sapi juga merupakan salah satu upaya penghematan devisa. Dari tinjauan mikro, lahan yang tidak produktif bisa menjadi lebih produkrif dan dapat menyerap tenaga kerja.
Selain bertujuan untuk usaha sendiri, penyelenggaraan usaha penggemukan sapi potong ini bisa juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan membantu menyediakan daging sapi untuk kebutuhan di dalam negeri.
- mengoptimalkan pemanfaatan lahan untuk kandang sapi, penanaman rumput, pisang, ketela pohon, dan tanaman lain yang dapat digunakan untuk pakan ternak.
- melatih penduduk setempat dalam mengelola usaha penggemukan sapi potong dan merekrut mereka untuk bekerja pada peternakan sapi potong yang dikelola.
.
Persiapan Lahan
Profil lahan sebaiknya berada di ketinggian kurang lebih 600-700 meter (atau lebih) di atas permukaan laut, dilalui sungai yang airnya mengalir sepanjang tahun, dan dekat dengan daerah perbukitan, ada jalan yang bisa dilalui mobil. Kontur tanahnya relatif datar, berjarak kurang lebih 500 meter dari perkampungan.
Contoh profil lahan yang memungkinkan untuk ternak penggemukan sapi:






.
.
Kandang Sapi
Gambar detil kandang sapi yang ideal dan mudah untuk dibuat.


.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang akan diproyeksikan untuk bekerja pada usaha penggemukan sapi adalah penduduk setempat. Pada umumnya mereka sudah berpengalaman memelihara sapi atau binatang ternak lainnya secara tradisional. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan memelihara sapi, mereka akan dilatih oleh pelatih yang berpengalaman yang akan didatangkan dari balai pelatihan pertanian.
.
Sekilas Tentang Sapi
Beberapa jenis sapi yang biasa digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah:
Sapi Ongole
Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah.
Sapi Bali
Cirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat, punggungnya bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang baru.
Sapi Brahman
Cirinya berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna putih pada bagian kepala. Daya pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi potong di Indonesia.
Sapi Madura
Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga merah bata, terkadang terdapat warna putih pada moncong, ekor dan kaki bawah. Jenis sapi ini mempunyai daya pertambahan berat badan rendah.
Sapi Limousin
Mempunyai ciri berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat warna putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan mempunyai tingkat produksi yang baik.
.

.
Keunggulan sapi limousin
- pertumbuhan badannya yang sangat cepat.
- harga jual yang lumayan tinggi.
- kualitas daging sapi limousin lebih bagus dan lezat
- lebih tahan terhadap serangan berbagai macam penyakit.
.
Target Pasar
Potensi usaha ternak sapi cukup menyebar merata di seluruh wilayah Indonesia. Pasar yang paling potensial untuk daging sapi adalah kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, dan wilayah Bodetabek. Namun demikian jumlah produksi tersebut masih belum memenuhi permintaan untuk pasar lokal sekalipun, sehingga dalam rencana usaha ternak penggemukan sapi potong ini ditargetkan untuk mengisi kebutuhan pasar lokal dan daerah lain tersebut di atas.
.
Kebutuhan dan Proyeksi Pasar
Kebutuhan akan daging sapi meliputi kebutuhan harian dan kebutuhan hari raya. Peluang usahanya menjadi sangat besar karena dari tahun ke tahun kebutuhannya selalu mengalami peningkatan.
Produk ikutan dalam usaha penggemukan sapi di luar daging adalah kulit dan kotoran sapi untuk pupuk. Permintaan kulit sebagai bahan baku aneka kerajinan dan bahan asesoris pakaian memiliki kecenderungan yang terus meningkat. Ada beberapa pengrajin kulit di Garut misalnya, terpaksa gulung tikar karena kesulitan memperoleh kulit sebagai bahan baku usahanya.
.
Pengembangan Usaha
Dengan luas lahan yang disediakan mencapai 4 hektar, populasi sapi yang dapat diternak setidaknya mencapai 100 ekor per periode, sehingga proyeksi keuntangan minimal dapat mencapai 5 x Rp. 10.200.000 = Rp. 60.000.000 per periode 90 hari.
.
Faktor-faktor kritis yang harus diperhatikan dalam usaha pengemukan sapi diantaranya adalah:
- pencarian bibit yang berkualitas
- penyediaan pakan (baik konsentrat, maupun hijauan)
- pengelolaan yang tidak fokus (hanya sambilan)
- pengadministrasian proses penggemukan
- Penanggulangan penyakit.
Beberapa jenis penyakit yang sering terjadi pada sapi potong diantaranya adalah:
- Anthrax (radang limpa)
- Penyakit mulut
- Penyakit surra
- Penyakit radang paha
- Penyakit Bruccellosis (keguguran menular)
- Kuku busuk (foot ror)
- Cacing hati, Cacing perut.
.
Kesimpulan
Dengan asumsi yang ada, untuk tiap 20 ekor sapi selama 90 hari dan total biaya produksi Rp. 110.700.000 dapat mencapai keuntungan minimal Rp. 10.200.000, atau 10,9% dari biaya produksi per periode (90 hari).
.
Bisa belajar lebih lanjut di link-link berikut:
- Bank Indonesia, Pola Penggemukan Sapi Potong: https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=18&ved=2ahUKEwj76ozyg7zoAhVUaCsKHT1PBjQQFjARegQICBAB&url=https%3A%2F%2Fwww.bi.go.id%2Fid%2Fumkm%2Fkelayakan%2Fpola-pembiayaan%2Fpeternakan%2FDocuments%2F0da701e690724435b01713b83f0c59dfPenggemukanSapiPotong1.pdf&usg=AOvVaw0SVXBRtIFzBqEeCnXNZ_Os
- http://sulsel.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasi/panduan-petunjuk-teknis-leaflet/93-budidaya-penggemukan-sapi-potong
- https://www.medion.co.id/id/peluang-bisnis-penggemukan-sapi-potong/
- https://agromedia.net/tiga-rahasia-sukses-penggemukan-sapi-potong-2/
- https://www.cekaja.com/info/cara-budidaya-ternak-sapi-potong-dengan-keuntungan-fantastis/
.
DAFTAR PUSTAKA
- Anonim. 2009. http:// Manajemen Pemeliharaan sapi potong. animal-Intelektual. Blogspot.Com. Html.
- Hartadi, H. S., S. Reksohadiprodo, dan AD Tillam. 1997. Table Komposisi pakan Untuk Indonesia. Gadja Madah University Press. Yogyakarta.
- Kartadisastra, H.R. (1997). Penyediaan & Pengelolaan Pakan ternak Ruminansia (Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Yogyakarta, Kanisius.
- Sudarmono A. S, Y. Bambang Sugeng. 2008. Sapi Potong. Jakarta. Penebar Swadaya.
- Sutardi, I.1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid I. departemen Ilmu Makanan ternak. Fakultas peternakan. Institut Pertanian Bogor.
.
Twiter: @mamanwjy
.
Bagi teman-teman yang mempunyai tulisan atau karya yang bisa bermanfaat buat para pembaca dan ingin dipublikasikandi website ini, bahan bisa kirim ke email: mamanwjy@gmail.com. Terima kasih.