Maman Wijaya (MW)

My Opinions and Ideas

Maman Wijaya (MW) Fisika,Pembelajaran,Pendidikan PENGEMBANGAN KECAKAPAN GENERIK MELALUI PENGAJARAN FISIKA

PENGEMBANGAN KECAKAPAN GENERIK MELALUI PENGAJARAN FISIKA



Disarikan dari pemikiran Benny Suparpto Brotosiswojo, 2000.

mamanwijaya.com, @mamanwjy

.

Guru tidak mungkin mengajarkan segala hal pada siswa. Selain karena segala hal itu sangatlah banyak, juga waktu dan kemampuan guru pun terbatas. Lalu, apa yang harus dilakukan? Yang harus dilakukan adalah mengajarkan kecekapan generik.

Ada peri bahasa: ”Berilah siswa pancing, jangan beri ikan”. Sekilas, peri bahasa tersebut cukup memadai. Tetapi saat ini, dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat, peri bahasa tersebut kurang mempan lagi. Perlu direvisi menjadi: ”Ajari siswa membuat pancing, dan ajari bagaimana menggunakan pancing itu untuk memancing ikan”. 

Kecakapan membuat dan menggunakan pancing adalah kecakapan generik. Dengan kecakapan generik tersebut siswa akan mampu menumbuhkan sendiri kecakapan-kecakapan lainnya sebagai bekal menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Contoh kecakapan generik pada level dasar adalah membaca, menulis dan berhitung (Calistung). Pada level lanjutan, kecakapan generik menjadi lebih komplek, tetapi kecakapan Calistung tetap digunakan terus.

Jadi, yang harus ditanamkan pada siswa adalah kecakapan generik. Guru tidak lagi harus menjadi “gudang“-nya ilmu. Sebab sekarang ini ilmu ada di mana-mana. Tinggal kita bekali siswa bagaimana mereka mampu memanfaatkan itu semua.

Ilmu fisika dipandang sebagai suatu disiplin kerja yang dapat menghasilkan sejumlah kecakapan generik. Pandangan ini dijadikan sebagai salah satu dasar penerapan pengajaran fisika di sekolah dan di perguruan tinggi.

Akan tetapi benarkah bahwa kemahiran generik yang dapat ditumbuhkan melalui pengajaran fisika itu dapat dijadikan bekal bekerja di pelbagai profesi? Jika pernyataan ini benar, maka pengajaran fisika tersebut dapat juga digunakan untuk membekali guru fisika dalam menjalankan profesinya.

Bagaimana ciri-ciri fisika yang diharapkan dapat menumbuhkan kemahiran-kemahiran generik yang berguna bagi pengembangan profesi guru? Kemahiran-kemahiran generik apa saja yang dapat ditumbuhkan? Dan, bagian pengembangan profesi apa saja yang dapat ditunjang oleh kemahiran generik yang dimilikinya itu?

.

Kecakapan Generik

Benny Suprapto Brotosiswojo mengemukakan bahwa kemahiran generik yang dapat ditumbuhkan melalui pengajaran fisika meliputi 8 kemahiran, yaitu (1) pengamatan (lansung dan tak langsung); (2) Kesadaran tentang skala besaran; (3) Bahasan Simbolik; (4) Kerangka Logika Taat Azas dari Hukum Alam; (5) Inferensi Logika; (6) Hukum Sebab-Akibat; (7) Pemodelan Matematika; dan (8) Membangun Konsep.

1. Pengamatan

Kegiatan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya selalu dilakukan, yaitu menggunakan alat indera tubuh. Dalam pembelajaran Fisika, kegiatan pengamatan terutama sengaja dilakukan untuk mengamati obyek yang sedang dipelajari. Indera yang paling sering digunakan dalam pembelajaran fisika adalah indera penglihatan dan indera pendengaran.

Indera penglihatan selain digunakan dalam pembasahan optik, juga digunakan ketika mengukur obyek atau mengamati gerak, dan sebagainya. Indera pendengaran terutama digunakan dalam topik bunyi.

Alat indera yang kita miliki memiliki keterbatasan dalam kemampuannya, sehingga ada diantara gejala alat yang tidak dapat diamati secara langsung. Jadi, pengamatan ada dua macam, yaitu pengamatan langsung dan pengamatan tidak langsung. Uraian warna atau tinggi rendahnya nada bunyi dapat diamati secara langsung, tetapi muatan listrik yang mengalir dalam sebuah kabel tidak dapat diamati secara langsung.

Disamping itu juga, kecakapan pengamatan memerlukan kecermatan dan ketelitian, karena ilmu fisika tidak hanya menggarap gejala dan perilaku alam secara kualitatif, melainkan juga secara kuantitatif. Kecermatan dalam mengamati dapat membantu seberapa banyak informasi yang dapat dikumpulkan, sedangkan ketelitian dapat membantu seberapa besar akurasi hasil pengamatan yang dilakukan tersebut dan seberapa jauh kemampuan kita dalam membedakan variabel yang satu dengan variabel yang lain.

Karena pengamatan hanya didasarkan pada fakta-fakta yang teramati, maka proses ini dapat menumbuhkan sikap kejujuran. Sebab, keberhasilan pengamatan akan lebih ditekankan pada kejujurannya, bukan kepada kesesuaian hasil pengamatan itu dengan teori fisika yang ada.

2. Kesadaran akan Skala (Sense Of Scale)

Skala Besaran dalam fisika terdiri atas skala besaran pokok dan skala besaran turunan, yang biasanya digunakan untuk menentukan kuantitas atau ukuran dimensi suatu obyek fisika. Kenyataannya, dimensi obyek-obyek fisika yang ada di alam sangat lebar spektrumnya, mulai dari yang sangat besar sampai ke yang sangat kecil. Misalnya dimensi ruang, obyek yang digarap jagat raya yang sangat luas, dan ruang gerap elektron yang sangat kecil.

Dimensi waktu juga demikian, dari yang orde jutaan tahun sampai ke yang orde sangat pendek. Mata kita hanya mampu membedakan sinyal dalam ukuran selang waktu 1/30 sekon, sementara lifetime pasangan elektron-positron jauh lebih kecil dari selang waktu tersebut. Kekurangfahaman terhadap skala besaran ini akan menyebabkan kurang dipahaminya makna konkrit obyek yang diamati.

3. Bahasa Simbolik

Fisika Matematika (yang merupakan salah satu mata kuliah di perguruan tinggi jurusan fisika) merupakan salah satu contoh dari bahasa simbolik. Bahasa simbolik ini berfungsi untuk mengungkapkan perilaku alam secara kuantitatif yang tidak bisa diungkapkan dengan bahasa komunikasi sehari-hari. Contoh, pembesaran atau pengecilan dalam Optika Geometri digunakan aljabar sederhana. Aljaran sederhana ini merupakan bahasa simbolik.

Lalu, untuk mengungkap gerak benda dalam Mekanika, aljabar tersebut tidak mencukupi lagi, dan perlu bahasa lain yaitu persamaan diferensial. Akan tetapi, untuk membahas obyek dalam skala subatomik sampai saat ini belum ada alternatif lain.

4. Kerangka Logika Taat Azaz

Berdasarkan pengalaman yang cukup panjang, ada semacam keyakinan dalam ilmu fisika bahwa aturan alam ini memiliki sifat taat-asas secara logika (logically self-consistent). Kerangka logika ini sangat bermanfaat untuk mengungkap suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui melalui pengkajian terhadap gejala-gejala yang telah diyakini adanya.

Contoh, keganjilan dalam gejala kelistrikan dan kemagnetan melahirkan teori Maxwell, atau keganjilan antara hukum-hukum mekanika Newton dengan hukum-hukum elektro-dinamika Maxwell melahirkan teori relativitas Einstein.

Begitu juga tentang penemuan planet Neptunus yang diilhami oleh adanya keganjilan dari orbit-orbit planet yang telah diketaui menunjukkan keganjilan dan penyimpangan dari hukum gravitasi Newton dan Keppler. Keganjilan itu menyatakan bahwa penyimpangan itu terjadi menunjukkan “haruslah ada satu planet”, dan ternyata kemudian ditemukan dari hasil pengataman adanya planet Neptunus.

5. Inferensi Logika

Tanpa mengetahui bagaimana keadaan sesungguhnya dari suatu obyek, dapat diramalkan dari gejala-gejala konkretnya melalui apa yang disebut sebagai inferensi logika dengan menggali konsekuensi-konsekuensi logis. Keberadaan positron diketahui terlebih dahulu dari ramalan melalui inferensi logika sebelum diketahui keberadaan melalui pengamatan.

Contoh sederhana penggunaan inferensi logika: kita sering melihat pada AC (Air Conditioning) digantungkan potongan pita. Bila pita bergerk-gerak, kita akan mengetahui bahwa AC dalam keadaan hidup, tanpa harus mengecek lagi apakah ada aliran listrik tau tidak.

6. Hukum Sebab-Akibat

Sebagian besar dari aturan fisika yang disebut hukum adalah merupakan hukum sebab-akibat. Ada obyek yang menjadi penyebab dan ada obyek yang menerima akibat.

Sebuah aturan dapat dinyatakan sebagai hukum sebab-akibat apabila ada reproducibility dari akibat sebagai fungsi dari penyebabnya yang dapat dilakukan kapan saja dan oleh siapa saja. Contoh, Hukum Faraday, yang disimpulkan dari pengamatan empirik, menyatakan bahwa jika ada kumparan yang melingkari medan magnet, maka pada kumparan tersebut akan timbul arus listrik jika medan magnetnya diubah. 

7. Pemodelan Matematika

Pemodelan matematika merupakan upaya untuk melukiskan gejala alam dalam bentuk simbol-simbol atau hubungan dari simbol satu dengan yang lain. Rumus-Rumus yang menggambarkan sebuah hukum alam dalam fisika merupakan pemodelan matematika.

Karena namanya “model”, maka itu hanya merupakan salah satu alternatif saja dari pemodelan-pemodelan lain yang mungkin masih bisa dilakukan.

Latihan pemodelan matematika dapat diajarkan dengan membuat obyek-obyek yang sederhana seperti pada penurunan suhu secangkir kopi panas. Pemodelan matematika ini dapat menumbuhkan sikap berpikir alternatif, tidak bersikeras dengan satu macam cara untuk memahami suatu permasalahan. Rumus di dalam fisika adalah salah satu contoh dari pemodelan matematika.

8. Membangun Konsep

Dari aturan mekanika Newton, yang bertolak dari pengertian gaya, digunakan istilah “energi” yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan kerja. Konsep energi ini sebenarnya bukan bahasa sehari-hari, tetapi awalnya hanya digunakan untuk menamai sesuatu.

Contoh lain, umumnya dua benda berinteraksi bila bersentuhan, tetapi dalam listrik-magnet ditemukan interaksi walaupun dua benda yang berinteraksi itu tidak saling bersentuhan, maka digunakanlah konsep “medan” agar dapat dipahami maknanya.

Jadi, “konsep baru” yang digunakan tersebut bukan semata-mata cara pandang yang baru, melainkan juga mempunyai manfaat untuk memahami hal-hal yang lainnya.

.

Pertanyaannya, bergunakah ke-8 kemahiran generik tersebut bagi guru fisika dalam menjalankan profesinya? Dan, apakah kecakapan generik tersebut benar-benar telah terbukti secara empirik dapat ditumbuhkan melalui pengajaran fisika?

Pertama, untuk kebutuhan menjalankan profesinya itu, ke-8 kemahiran tersebut sangatlah berguna. Dari uraian di atas kita mencatat beberapa kata kunci, seperti latihan menggunakan alat indera, pemahaman dimensi, pemahaman simbol-simbol, sistematika dan ketaatan asas, menyadari adanya konsekuensi logis, pemahaman model, dan teknik membangun konsep, semuanya kental dalam pembelajaran fisika. 

Dengan kata lain, ketika belajar fisika, kemahiran-kemahiran tersebut dengan sendirinya akan terlatih. Sebaliknya ketika membelajarkan fisika, kemahiran tersebut juga sangat diperlukan. Karena bagaimana mungkin seorang guru dapat menjelaskan secara gamblang tentang ukuran alam semesta atau ukuran atom bila guru tersebut tidak dapat memahami dengan baik arti fisis dari dimensi ukuran. Alam semesta itu maha luas dan atom maha kecil, tidak bisa dibuatkan skalanya dengan ukuran normal.

Kedua, asumsi kita bila kita melakukan sesuatu kegiatan secara berulang-ulang, apapun kegitannya, lama kelamaan kita akan terlatih. Hal itu berlaku juga bagi kemahiran generik. Mata akan terlatih, daya nalar demikian juga, sehingga pernyataan tadi bahwa kemahiran generik bermanfaat untuk pengajaran fisika, pengajaran fisika pun bermanfaat untuk membiasakan dan sekaligus melatih kemahiran generik.

Tentu pembuktian secara empirik masih perlu dilakukan melalui penelitian yang mendalam. Tulisan ini hanya sedikit mengupas dan memberi ruang untuk memikirkannya lebih detil. Namun demikian kita tahu hari esok akan selalu lebih baik dari hari ini. (mamanwijaya.com, @mamanwjy).

.

Kunjungi Twiter: @mamanwjy

.

Bagi teman-teman yang mempunyai tulisan atau karya yang bisa bermanfaat buat para pembaca dan ingin dipublikasikan di website ini, bahan bisa kirim ke email: mamanwjy@gmail.com. Terima kasih.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TopBack to Top