Maman Wijaya (MW)

My Opinions and Ideas

Maman Wijaya (MW) Ekonomi Kreatif,Kebudayaan,Pariwisata Kontribusi Events Pariwisata pada Pertumbuhan Ekonomi

Kontribusi Events Pariwisata pada Pertumbuhan Ekonomi



Maman Wijaya, mamanwjy@gmail.com, www.mamanwijaya.com

.

Pentingkah kita mengetahui berapa besar kontribusi sebuah event pariwisata terhadap pertumbuhan ekonimi? Penting atau penting sekali?

Sangatlah penting! Sebab kita tahu bahwa event itu hanya sebuah alat, sedangkan tujuannya adalah pertumbuhan ekonomi. Jadi kita mesti tahu apakah alat tersebut berfungsi dengan baik atau tidak. Selain itu, event dan pariwisata adalah suatu investasi. Jadi, bagaimanapun juga, harus ada hitung-hitungan­-nya.

Pertumbuhan ekonomi suatu destinasi wisata umumnya ditentukan oleh dua hal pokok, yaitu jumlah pengunjung dan jumlah spending mereka di tempat wisata tersebut. Dari situ kemudian kita menghitung return yang jenisnya ada dua macam, yaitu profit dan benefit.

Pertama, mengenai jumlah pengunjung. Sejauh ini belum ada penelitian atau perhitungan yang pasti berapa persen kontribusi sebuah event terhadap keseluruhan jumlah pengunjung suatu destinasi wisata. Hal ini diakui juga oleh Menteri Pariwisata periode sebelum ini.

Sebetulnya, cara termudah untuk sekedar mengetahui kontribusi event adalah dengan melihat perubahan jumlah pengunjung. Secara kasat mata, kota-kota yang menyelenggarakan event bagus cenderung didatangi oleh wisatawan lebih banyak. Sebagai contoh Banyuwangi yang memiliki 99 event bagus tahun 2018, wisatawannya meningkat tajam dari tahun-tahun sebelumnya.

Daniel F. Simanjuntak, dkk., dari Universitas Brawijaya, rupaya penasaran dengan “pemandangan” seperti itu. Mereka mengadakan penelitian tahun 2018, tentang pengaruh event di Banyuwangi terhadap keputusan berkunjung. Hasil penelitiannya cukup menarik. Sebanyak 56,2% sampel memutuskan berkunjung ke Banyuwangi karena alasan tertarik oleh event.

Hanya saja dalam penelitian itu tidak dijelaskan apakah jumlah keseluruhan wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi itu 56,2%-nya disumbang juga dari adanya event-event itu. Namun demikian, penelitian tersebut cukup membuktikan bahwa betapa event bisa menjadi daya tarik wisata dan telah nyata memiliki kontribusi terhadap bertambahnya jumlah pengunjung.

Kedua, mengenai spending atau pengeluaran pengunjung selama di tempat wisata. Karena jumlah uang yang dikeluarkan oleh pengunjung sama dengan jumlah uang yang diterima oleh destinasi wisata, maka untuk mengetahui jumlah spending pengunjung itu dihitung dari jumlah keseluruhan penerimaan.

Mula-mula dihitung secara marginal berdasarkan selling point, seperti hasil penjualan tiket masuk (bila ada), tiket penggunaan wahana permainan, hasil penjualan barang dan jasa atau makanan seperti bakso, warung nasi dan sebagainya, serta pemasukan lain-lain sampai hasil tiket parkir dan pedagang asong. Kemudian seluruh pemasukan itu dijumlahkan. Jadilah kita tahu jumlah spending pengunjung. Makin besar spending pengunjung, makin menguntungkan buat pengelola wisata.

Sampai di sini kita bisa menghitung keuntungan total, tapi belum sampai pada perhitungan kontribusi dari event. Untuk itu kita perlu konsep return terlebih dahulu dengan mengitung margin dari event. Perhitungannya sedikit lebih rumit tetapi lebih teliti, dan datanya bisa digunakan untuk mengambil keputusan dalam melakukan sejumlah perbaikan pada program events dan pariwisata agar bisa menjadi lebih bagus lagi di masa yang akan datang. Kita perlu hati-hati, sebab keputusan yang diambil akan sangat berpengaruh pada kelangsungan usaha.

.

Konsep Penghitungan Return dari Event

.

Contoh kecil, misalnya di sebuah Rumah Makan atau Café, untuk menarik minat pengunjung, diadakan sebuah event berupa pertunjukan musik live secara rutin tiap hari selama sebulan. Bila return tidak dihitung, kita tidak tahu apakah live musik tersebut perlu diteruskan pada bulan berikutnya, perlu diperbaiki atau diganti pemainnya, atau bahkan perlu dihentikan.             

Kita lihat data dulu, umpama bulan April tidak ada live musik, biaya pengeluaran operasionalnya dalam sebulan Rp. 10 juta dan pemasukan bersih Rp 13 jt (ambil genapnya biar mudah). Lalu, bulan Mei ada livemusik, biaya operasionalnya Rp 14 jt dan pemasukan bersih Rp 17,1 jt.

Seperti disebutkan di atas, Return dihitung dari profit dan benefit. Pertama, kita hitung profit-nya.

  • Profit bulan April: Penerimaan – pengeluaran = Rp 13 jt – Rp 10 jt = Rp 3 jt.
  • Profit bulan Mei: Penerimaan – pengeluaran = Rp 17,1 jt – Rp 14 jt = Rp 3,1 jt.
  • Selilih profit bulan April dan Mei (sebelum dan sesudah ada live musik) = Rp 0,1 jt (Rp 100.000)
  • Kesimpulan: setelah ada live musik, profit bertambah Rp 100.000. Dari sisi ini, return dalam hal profitkecil sekali, walaupun mungkin pengunjungnya pada bulan Mei itu bertambah banyak dibanding bulan April.

.

Sekarang kita hitung Benefit-nya. Dalam hal benefit (manfaat), keuntungan dihitung bukan hanya dari nilai uang saja. Keuntungan lain yang bukan berupa uang juga dihitung, lalu bisa dikonversi ke bentuk uang, atau, kalau tidak juga tidak apa-apa. 

Return dalam bentuk uang bisa ditentukan dengan menghitung Cost Benefit Ratio (CBR)yaitu:

Jadi, Cost Benefit Ratio event live musik tersebut adalah sebesar 2,5%. Angka ini juga bisa didefinisikan sebagai besaran kontribusi event pada pertumbuhan ekonomi Café itu, yaitu sebesar 2,5%.

Bila kita amati lebih detil dari data di atas, benefit lain yang diperoleh Café diantaranya adalah penambahan oplah makanan, jumlah pengunjung, tenaga kerja, kolega, dan mungkin juga penambahan follower media sosial, atau potensi keuntungan lain seperti kontrak kerja baru dari pengunjung.

Dengan demikian, live musik cukup memberikan kontribusi terhadap benefit. Soal return-nya kecil, perlu ditelaah lagi, apakah jenis musiknya itu tidak cocok dengan konsep makanan. Misalnya, menu makanan khas Sunda, musiknya Jazz. Mungkin juga terkait tata suara, tata letak, profil personil, atau engagement personil dengan pengunjung. Masalah ini perlu pendalaman lebih lanjut. 

Perannya sudah tampak ada, tinggal kualitasnya yang perlu ditingkatkan lagi. Betul kata Irene Lane, seorang ahli Green Travel dan Founder Greenloons, yang menyatakan bahwa langkah awal dalam meningkatkan kualitas sebuah event pariwisata adalah menghitung return. Bila kita bisa menghitungnya, maka kita akan bisa mengontrol. Bila kita bisa mengontrol, maka akan mengerti. Dan, bila kita mengerti, maka kita akan bisa melakukan perbaikkan. *** (Maman Wijaya, Bandung, 18 Mei 2020).

.

.

Bagi teman-teman yang mempunyai tulisan atau karya yang bisa bermanfaat buat para pembaca dan ingin dipublikasikan di website ini, bahan bisa kirim ke email: mamanwjy@gmail.com. Terima kasih.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TopBack to Top